Mess Pelaut
Mess Pelaut sangat diperlukan oleh kebanyakan pelaut terutama bagi mereka pelaut yang masih miskin dan masih memerlukan dukungan dari rekan rekanya yang sudah senior, dan dalam suasana kepelautan itulah para pelaut ini bisa saling berbagi entah itu pengalaman atau bisa juga rejeki, keberadaan inilah yang bisa membuat seorang pelaut akan merasa kan kesenangan tersendiri karena bagaimanapun juga kehidupan seorang pelaut adalah teristimewa bagi mereka yang sudah merasakan pahit getir manisnya menjadi seorang pelaut.
3 Mitos tentang Pelaut yang tidak selalu benar
Tanpa terasa waktu 2 tahun berjalan begitu cepat. Cukup banyak kenangan yang saya alami sebagai seorang pelaut, dimulai dari petualangan di laut Sulawesi bersama orang Rusia, pedalaman sungai Kalimantan yang dipenuhi oleh buaya, petualangan di Vietnam , Sarawak, sampai Filiphina. Saya belajar bukan hanya mengenai hal-hal teknis, namun justru lebih banyak menerima pelajaran mengenai hidup terutama karena rekan kerja saya rata rata berumur 10-15 tahun lebih dewasa. Dan yang anehnya,walaupun atasan saya selalu berbeda beda, ada 1 persamaan. Mereka senang membimbing dan berbagi pengalaman kepada yang lebih muda dan tidak senioritas.
Kehidupan pelaut ternyata tidak sekeras dan sesulit seperti yang masyarakat bayangkan, walaupun terkadang ada resiko resiko yang harus dihadapi seperti ombak besar dan badai Typhoon, Bahkan, Setiap kali saya akan berangkat ke Laut dan ingin berpamitan dengan bapak ibu, saya melihat kedua mata mereka berkaca kaca walaupun raut muka mereka seperti dipaksakan untuk tersenyum, saya tahu bahwa Bapak dan Ibu saya selalu was-was dan khawatir dengan anaknya yang harus mengarungi lautan .
Oleh karena itu, saya mencoba menceritakan gambaran kehidupan pelaut yang bekerja mengarungi samudra demi mencukupi kebutuhan hidup, dan mengungkapkan bahwa pandangan masyarakat selama ini mengenai pelaut ternyata tidak selalu benar.
Mess Pelaut sangat diperlukan oleh kebanyakan pelaut terutama bagi mereka pelaut yang masih miskin dan masih memerlukan dukungan dari rekan rekanya yang sudah senior, dan dalam suasana kepelautan itulah para pelaut ini bisa saling berbagi entah itu pengalaman atau bisa juga rejeki, keberadaan inilah yang bisa membuat seorang pelaut akan merasa kan kesenangan tersendiri karena bagaimanapun juga kehidupan seorang pelaut adalah teristimewa bagi mereka yang sudah merasakan pahit getir manisnya menjadi seorang pelaut.
3 Mitos tentang Pelaut yang tidak selalu benar
Tanpa terasa waktu 2 tahun berjalan begitu cepat. Cukup banyak kenangan yang saya alami sebagai seorang pelaut, dimulai dari petualangan di laut Sulawesi bersama orang Rusia, pedalaman sungai Kalimantan yang dipenuhi oleh buaya, petualangan di Vietnam , Sarawak, sampai Filiphina. Saya belajar bukan hanya mengenai hal-hal teknis, namun justru lebih banyak menerima pelajaran mengenai hidup terutama karena rekan kerja saya rata rata berumur 10-15 tahun lebih dewasa. Dan yang anehnya,walaupun atasan saya selalu berbeda beda, ada 1 persamaan. Mereka senang membimbing dan berbagi pengalaman kepada yang lebih muda dan tidak senioritas.
Kehidupan pelaut ternyata tidak sekeras dan sesulit seperti yang masyarakat bayangkan, walaupun terkadang ada resiko resiko yang harus dihadapi seperti ombak besar dan badai Typhoon, Bahkan, Setiap kali saya akan berangkat ke Laut dan ingin berpamitan dengan bapak ibu, saya melihat kedua mata mereka berkaca kaca walaupun raut muka mereka seperti dipaksakan untuk tersenyum, saya tahu bahwa Bapak dan Ibu saya selalu was-was dan khawatir dengan anaknya yang harus mengarungi lautan .
Oleh karena itu, saya mencoba menceritakan gambaran kehidupan pelaut yang bekerja mengarungi samudra demi mencukupi kebutuhan hidup, dan mengungkapkan bahwa pandangan masyarakat selama ini mengenai pelaut ternyata tidak selalu benar.
Mitos 1 : Pelaut uangnya banyak karena Bergaji besar.Sebenarnya
mitos ini bisa dikatakan sedikit benar dan bisa dikatakan kurang tepat.
Mengapa dikatakan sedikit benar ? pendapat saya , Pelaut bukan “Bergaji
besar” namun “Bergaji sedikit lebih besar” mengapa? Salah satu
jawabanny karena pelaut harus menanggung resiko seperti Mabuk laut,
Suasana pekerjaan yang cukup Beresiko, dan Jauh dari keluarga. Saya
pernah berulang tahun di atas kapal. Ketika pertama kali saya merasakan, seperti ada hal yang
hilang, Suasana ulang tahun yang biasanya saya rayakan bersama teman2
untuk makan bersama, banyak canda tawa dan ucapan selamat masuk ke HP
saya. Namun pada saat hari ulang tahun di kapal, rasanya begitu hampa,
Hari ulang tahun berjalan hampir sama seperti hari2 biasa, HP saya
sepanjang hari selalu diam karena tidak ada sinyal ditengah lautan.
Namun inilah pekerjaan saya dan saya harus mencintai pekerjaan saya saat ini,karena,”Semua pekerjaan yang dijalankan dengan senang dan kita mencintainya, maka pekerjaan akan terasa ringan dan menjadi mudah diselesaikan.”
Lalu mengapa mitos “pelaut bergaji besar” juga dapat dikatakan salah? Alasannya karena perusahaan yang mempekerjakan karyawannya di lokasi Offshore, masing masing punya kebijakan sendiri. Di kapal seismik ada beberapa departemen diantaranya departmen seismik, departemen maritime, Bagian masak2, dan bagian bersih2. Suatu hari saya pernah bertanya mengenai sallary dari salah satu departemen dan saya cukup kaget ketika mengetahui bahwa sallarynya cukup jauh dibawah standar offshore. saya bertanya,”Kenapa bapak ingin mengambilnya ?” bapak tersebut terlihat pasrah dan menjawab,”Gag apa apa mas, daripada saya gag kerja.”
Pelajaran yang saya dapat bahwa,”Ada beberapa perusahaan yang sudah mengikat sabuk keuangan dengan kencang supaya Benefit mereka besar dengan cara menggaji Karyawan nya dibawah standar, karena itu, kita juga harus bijak ketika harus memilih pekerjaan.”
Mitos 2 : Pelaut dikenal suka “jajan” ketika merapat di Pelabuhan.Menurut saya mitos kedua ini cukup terkenal di mata masyarakat mengenai pelaut. Hampir semua teman yang bertanya ke saya ,”Den, Sekarang kerja dimana?”,setelah saya jelaskan mengenai pekerjaan saya, tanggapan pertama selalu,” pasti suka “jajan” ya di pelabuhan? Trus ada pasokan ke kapal ya?”
Saat ini hampir semua kapal-kapal survey harus memiliki departemen pengawas HSE “Health Safety and Enviroment” , Ketika saya bekerja di kapal Seismik yang banyak dipegang oleh orang orang bule, mereka cukup tegas dalam menegakkan peraturan dan tidak memiliki mental yang “bisa dibayar”.
Saya tertawa kecil ketika saya sering mendengar komentar “pasti pasokan banyak dikirim ke kapal y den?” Jawaban saya ,”kalau pasokan makanan ya iyalah.”
Untuk pekerjaan seismik dalam rentang waktu 5 minggu,semua kru kapal selalu berada ditengah samudra untuk mencari lokasi kandungan minyak. kalaupun merapat ke pelabuhan biasanya hanya untuk pergantian Kru.
Saya sangat senang di kapal saat ini, karena banyak dari mereka yang memiliki hobi yang sama yaitu backpacker. Jadi selama di pelabuhan, kami menyempatkan mengunjungi tempat2 menarik. di Sarawak kami mengunjungi mal dan menuju underground River, bahkan di Puerto princesa Filiphina kami keliling kota naik “raicycle” kemudian mampir ke pusat pemeliharaan buaya.
Hal kedua yang menurut saya tidak semua pelaut bertindak yang “aneh2”, karena setiap awal proyek, seluruh crew dikirim ke rumah sakit untuk tes darah, urine, dan beberapa tes lainnya. Hal yang difokuskan bahwa Pelaut harus terbebas dari NARKOTIKA, HIV AIDS, dan ALKOHOL. Saya pernah menjumpai dua kali kejadian bahwa ada kru kapal yang langsung dipulangkan ke rumah, hari itu juga, ketika dokter mengatakan bahwa mereka tidak lolos kesehatan.
Saya menyadari bahwa,”Semua orang sebenarnya sudah menyadari dari awal mana tindakan yang benar dan mana tindakan yang salah. Tugas kita di dunia harus MEMILIH, semua tindakan benar pasti ada manfaatnya, dan semua tindakan salah selalu ada konsekwensinya.”
Namun inilah pekerjaan saya dan saya harus mencintai pekerjaan saya saat ini,karena,”Semua pekerjaan yang dijalankan dengan senang dan kita mencintainya, maka pekerjaan akan terasa ringan dan menjadi mudah diselesaikan.”
Lalu mengapa mitos “pelaut bergaji besar” juga dapat dikatakan salah? Alasannya karena perusahaan yang mempekerjakan karyawannya di lokasi Offshore, masing masing punya kebijakan sendiri. Di kapal seismik ada beberapa departemen diantaranya departmen seismik, departemen maritime, Bagian masak2, dan bagian bersih2. Suatu hari saya pernah bertanya mengenai sallary dari salah satu departemen dan saya cukup kaget ketika mengetahui bahwa sallarynya cukup jauh dibawah standar offshore. saya bertanya,”Kenapa bapak ingin mengambilnya ?” bapak tersebut terlihat pasrah dan menjawab,”Gag apa apa mas, daripada saya gag kerja.”
Pelajaran yang saya dapat bahwa,”Ada beberapa perusahaan yang sudah mengikat sabuk keuangan dengan kencang supaya Benefit mereka besar dengan cara menggaji Karyawan nya dibawah standar, karena itu, kita juga harus bijak ketika harus memilih pekerjaan.”
Mitos 2 : Pelaut dikenal suka “jajan” ketika merapat di Pelabuhan.Menurut saya mitos kedua ini cukup terkenal di mata masyarakat mengenai pelaut. Hampir semua teman yang bertanya ke saya ,”Den, Sekarang kerja dimana?”,setelah saya jelaskan mengenai pekerjaan saya, tanggapan pertama selalu,” pasti suka “jajan” ya di pelabuhan? Trus ada pasokan ke kapal ya?”
Saat ini hampir semua kapal-kapal survey harus memiliki departemen pengawas HSE “Health Safety and Enviroment” , Ketika saya bekerja di kapal Seismik yang banyak dipegang oleh orang orang bule, mereka cukup tegas dalam menegakkan peraturan dan tidak memiliki mental yang “bisa dibayar”.
Saya tertawa kecil ketika saya sering mendengar komentar “pasti pasokan banyak dikirim ke kapal y den?” Jawaban saya ,”kalau pasokan makanan ya iyalah.”
Untuk pekerjaan seismik dalam rentang waktu 5 minggu,semua kru kapal selalu berada ditengah samudra untuk mencari lokasi kandungan minyak. kalaupun merapat ke pelabuhan biasanya hanya untuk pergantian Kru.
Saya sangat senang di kapal saat ini, karena banyak dari mereka yang memiliki hobi yang sama yaitu backpacker. Jadi selama di pelabuhan, kami menyempatkan mengunjungi tempat2 menarik. di Sarawak kami mengunjungi mal dan menuju underground River, bahkan di Puerto princesa Filiphina kami keliling kota naik “raicycle” kemudian mampir ke pusat pemeliharaan buaya.
Hal kedua yang menurut saya tidak semua pelaut bertindak yang “aneh2”, karena setiap awal proyek, seluruh crew dikirim ke rumah sakit untuk tes darah, urine, dan beberapa tes lainnya. Hal yang difokuskan bahwa Pelaut harus terbebas dari NARKOTIKA, HIV AIDS, dan ALKOHOL. Saya pernah menjumpai dua kali kejadian bahwa ada kru kapal yang langsung dipulangkan ke rumah, hari itu juga, ketika dokter mengatakan bahwa mereka tidak lolos kesehatan.
Saya menyadari bahwa,”Semua orang sebenarnya sudah menyadari dari awal mana tindakan yang benar dan mana tindakan yang salah. Tugas kita di dunia harus MEMILIH, semua tindakan benar pasti ada manfaatnya, dan semua tindakan salah selalu ada konsekwensinya.”
Mitos 3 : Pelaut jarang pulang ke rumah karena berlayar berbulan-bulan.Hal
pertama : lama atau tidaknya pelaut berlayar di lautan samudra
bergantung dari jenis pekerjaan nya. Untuk pekerjaan Seismik, rotasinya
sudah disepakati secara Internasional yaitu 5 minggu ON: 5 minggu OFF.
Sedangkan untuk oil company yang bekerja di Rig ataupun platform, rotasi
kerjanya 2 minggu ON : 2 minggu OFF.
Pelaut yang berlayar sampai berbulan bulan biasanya teman teman yang bekerja di kapal pesiar, ataupun teman teman maritim yang bertugas seperti towing batubara dari satu negara ke negara lain.
Untuk pekerjaan saya saat ini, setelah saya hitung hitung dalam 1 tahun, saya memiliki waktu bekerja 6 bulan dan liburan 6 bulan. Sedikit lebih banyak libur dari teman teman yang bekerja di kantor. Karena untuk pekerjaan kantor dengan libur hari Sabtu minggu dan memiliki cuti 12 hari dalam satu tahun, mereka memiliki libur 4 bulan dalam 1 tahun sedangkan saya memiliki libur 6 bulan dalam 1 tahun. Namun konsekwensinya ketika saya di atas kapal, saya tidak bisa berkomunikasi semudah ketika di darat.:)
Hal kedua, lama tidaknya pelaut berlayar di lautan bergantung dari perusahaan nya. Karena itu saran saya,”Cukup jelilah ketika harus memilih pekerjaan. Sebelum tanda tangan kontrak, bacalah terlebih dahulu kontrak dengan teliti dan meminta waktu untuk menandatangani nya.”
Saya pernah memiliki teman yang bekerja di bagian engine, kebetulan dia juga orang Indonesia. Mau tahu rotasi kerjany? Rotasi kerja teman saya 6 bulan ON : 6 bulan OFF. Wew.. saya cukup kasihan terutama di bulan keempat, dia mendapat berita bahwa orang tuanya jatuh sakit, teman saya tidak bisa berbuat apa2, sampai akhirnya setelah habis kontrak kerja 6 bulan pertama, teman saya memutuskan pindah pekerjaan.
Pelaut yang berlayar sampai berbulan bulan biasanya teman teman yang bekerja di kapal pesiar, ataupun teman teman maritim yang bertugas seperti towing batubara dari satu negara ke negara lain.
Untuk pekerjaan saya saat ini, setelah saya hitung hitung dalam 1 tahun, saya memiliki waktu bekerja 6 bulan dan liburan 6 bulan. Sedikit lebih banyak libur dari teman teman yang bekerja di kantor. Karena untuk pekerjaan kantor dengan libur hari Sabtu minggu dan memiliki cuti 12 hari dalam satu tahun, mereka memiliki libur 4 bulan dalam 1 tahun sedangkan saya memiliki libur 6 bulan dalam 1 tahun. Namun konsekwensinya ketika saya di atas kapal, saya tidak bisa berkomunikasi semudah ketika di darat.:)
Hal kedua, lama tidaknya pelaut berlayar di lautan bergantung dari perusahaan nya. Karena itu saran saya,”Cukup jelilah ketika harus memilih pekerjaan. Sebelum tanda tangan kontrak, bacalah terlebih dahulu kontrak dengan teliti dan meminta waktu untuk menandatangani nya.”
Saya pernah memiliki teman yang bekerja di bagian engine, kebetulan dia juga orang Indonesia. Mau tahu rotasi kerjany? Rotasi kerja teman saya 6 bulan ON : 6 bulan OFF. Wew.. saya cukup kasihan terutama di bulan keempat, dia mendapat berita bahwa orang tuanya jatuh sakit, teman saya tidak bisa berbuat apa2, sampai akhirnya setelah habis kontrak kerja 6 bulan pertama, teman saya memutuskan pindah pekerjaan.
Kesimpulannya,
pekerjaan sebagai pelaut setelah 2 tahun saya alami, ternyata cukup
menyenangkan dan menantang, bahkan mitos2 yang beredar di masyarakat
mengenai pelautpun sebenarnya tidak sepenuhnya benar . Namun yang selalu
menjadi pertanyaan di benak kami teman teman pelaut Indonesia, , kami
terkadang berfikir dan bertanya,”Mau berapa lama kita bekerja di
lautan?, sampai umur berapa kita bersedia bekerja jauh dari keluarga ?”
Mengapa orang2 bule di kapal seismik tahan bekerja sampai umur 55 tahun bahkan 60 tahun ? cukup aneh bukan ? jawabannya karena banyak dari mereka yang SINGLE dan tidak memiliki agama. Saya memahami bahwa keadaan tersebut berbeda dengan kami teman teman Indonesia yang Menikah/akan menikah dan memiliki Agama , karena itu pertanyaan seperti berapa lama kami bekerja di offshore? biasanya menjadi pertanyaan yang cukup dijawab di dalam hati masing masing pelaut Indonesia.
Mengapa orang2 bule di kapal seismik tahan bekerja sampai umur 55 tahun bahkan 60 tahun ? cukup aneh bukan ? jawabannya karena banyak dari mereka yang SINGLE dan tidak memiliki agama. Saya memahami bahwa keadaan tersebut berbeda dengan kami teman teman Indonesia yang Menikah/akan menikah dan memiliki Agama , karena itu pertanyaan seperti berapa lama kami bekerja di offshore? biasanya menjadi pertanyaan yang cukup dijawab di dalam hati masing masing pelaut Indonesia.